Perjalanan Pendidikan Nasional
Sejarah pendidikan di indonesia sudah ada lama sekali dengan dimulainya zaman sejarah dan berakhirnya zaman prasejarah, zaman kerajaan di nusantara, zaman penjajahan kolonialisme hingga zaman setelah indonesia merdeka hingga sekarang ini.
A. Zaman Kerajaan di Nusantara
Pada zaman kerajaan nusantara pelaksanaan pendidikan masih di padepokan padepokan yang mana hanya diisi para elite dari kaum bangsawan dan kaum religius. yang mana pendidikan dimasa itu dibagi menjadi 2 zaman kerajaan, yaitu zaman kerajaan hindu-budha dan zaman kerajaan islam.
1. Zaman kerajaan hindu budha
Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik pendidikan
di zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan Kutai (Pulau
Kalimantan), Kerajaan Tarumanegara hingga Majapahit (Pulau Jawa), Kerajaan
Sriwijaya (Pulau Bali dan Sumatera). Kaum Brahmana pada masa Hindu-Budha
merupakan kaum yang menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran.
Adapun beberapa materi-materi yang dipelajari ketika
pendidikan keagamaan Hindu-Budha berlangsung, yaitu teologi (ilmu agama),
bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial),
ilmu-ilmu eksakta (ilmu perbintangan), ilmu pasti yaitu (perhitungan waktu,
seni bangunan, seni rupa), dsb.
2. Zaman kerajaan islam
Pendidikan pada masa kerajaan islam sudah ada lama sekali yang diawali dengan dimulainya kerajaan Samudra-Pasai (1297) di Indonesia menjadi kerajaan Islam pertama lebih tepatnya Aceh. Jauh sebelum Kerajaan Samudra-Pasai berdiri pengaruh ajaran Islam sudah masuk terlebih daulu ke Indonesia
Pada masa itu, pendidikan agama Islam berbentuk
pendidikan di pesantren, pendidikan di musola/langgar dan pendidikan di
madrasah. Pertama, Pendidikan di musola/langgar dilaksanakan secara sederhana
dengan binaan guru mengaji yang memiliki status dibawah kyai, materi yang
diajarkan membaca Al-Qur’an dan Fiqih Dasar. Kedua, Pendidikan di pesantren
memiliki sistem pendidikan pemondokan sederhana, materi pembelajaran bersifat khusus
(keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru, tidak ada gaji untuk guru
karena memotivasi santri semata-mata karena Allah SWT., dan santri datang untuk
menuntut ilmu secara suka rela. Ketiga, pendidikan di madrasah memiliki sistem
pendidikan yang mengajarkan agama dan ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu
falak), dan ilmu pengobatan. Ketiga sistem pendidikan Islam ini tetap bertahan
sejak datangnya kolonial Belanda hingga saat ini.
B. Zaman Kolonialisme
Pada masa penjajahan, indonesia menganut pendidikan Kolonial zaman V.O.C dan kolonial zaman hindia belanda yang bisa dikatakan sangat minim dan hanya kaum belanda dan bangsawan saja yang dapat menempuh pendidikan formal. Baru sesudah nampak adanya kebangunan nasional pada permulaan abad ke-20, bersama waktu dengan mulai tumbuhnya aliran “kolonial modern”, yang disebut ethische koers atau ethische politiek di Nederland, barulah nampak adanya perubahan dalam sikap pemerintah kolonial.
Pada waktu itu ada beberapa bupati mendirikan “sekolah-sekolah kabupaten”, tetapi hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian lahir, Reglement voor het Inlands onderwijs; lalu didirikan sekolah guru di Sala, yang kemudian pindah ke Magelang, lalu ke Bandung (1866). Dengan berangsur-angsur dapat didirikan “sekolah-sekolah bumiputera”, yang hanya mempunyai 3 kelas, sedang gurunya seorang dari Kweekschool, dan lain-lainnya (pembantu) berasal dari “sekolah bumiputera” itu juga, sesudah mendapatkan didikan tambahan. Maksud dan tujuan dari segala usaha itu tetap untuk mendidik calon-calon pegawai negeri dan pembantu-pembantu perusahaan-perusahaan kepunyaan Belanda. Maksud dan tujuan tersebut tidak berubah, ketika pemerintah memberi kelonggaran kepada anak-anak Indonesia, untuk memasuki Europeesche Lagere School, karena yang dibolehkan ialah hanya calon-calon peserta didik “dokter Jawa”, peserta didik Hoofden School.
Baru pada tahun 1920 timbullah cita-cita baru, yang menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru tadi seakan-akan merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik. Idam-idaman kemerdekaan nusa dan bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa, itulah pokok sistem pendidikan dan pengajaran, yang pada tahun 1922 dapat tercipta oleh “Tamansiswa” di Yogyakarta. Bahwa aliran Tamansiswa itu sebenarnya sudah terkandung dalam jiwa rakyat di seluruh tanah air kita, adalah terbukti dengan berdirinya perguruan-perguruan Tamansiswa di seluruh kepulauan Indonesia: di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku. Juga sekolah-sekolah yang berdasarkan “keagamaan” (Islam, Kristen, Katolik), asalkan berani berdiri sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah Hindia Belanda, di samping dasar-dasar keagamaannya masing-masing, memasukan juga dasar dan semangat revolusioner. Dengan begitu, maka gerakan pendidikan berlaku sejalan dengan gerakan politik, dan inilah yang menyebabkan amat banyak orangorang bekas murid nasional tadi (tidak hanya yang terdidik dalam perguruan Tamansiswa saja) kini secara bermanfaat dan efisien dapat ikut serta dalam segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam usaha pembangunan bangsa dan negara.
C. Zaman Setelah Merdeka
Fokus utama pendidikan nasional ketika Indonesia lepas dari penjajahan yaitu mencerdaskan dan meningkatkan kualitas serta kemampuan bangsa. Tujuan sebenarnya dari pendidikan zaman kemerdekaan adalah untuk mengisi tata kehidupan dan pembangunan. Pada zaman kemerdekaan kondisi sosial politik sangatlah tidak stabil . maka dari itu hal demikian sangat berpengaruh mengenai pola dan dinamika pendidikan nasional saat itu, yaitu terjadi beberapa kali perubahan arah dan orientasi pendidikan nasional, misalnya pada masa permulaan kemerdekaan.