Kamis, 27 Oktober 2022

Perjalanan Pendidikan Nasional

 Perjalanan Pendidikan Nasional



Sejarah pendidikan di indonesia sudah ada lama sekali dengan dimulainya zaman sejarah dan berakhirnya zaman prasejarah, zaman kerajaan di nusantara, zaman penjajahan kolonialisme hingga zaman setelah indonesia merdeka hingga sekarang ini. 

A. Zaman Kerajaan di Nusantara

Pada zaman kerajaan nusantara pelaksanaan pendidikan masih di padepokan padepokan yang mana hanya diisi para elite dari kaum bangsawan dan kaum religius. yang mana pendidikan dimasa itu dibagi menjadi 2 zaman kerajaan, yaitu zaman kerajaan hindu-budha dan zaman kerajaan islam. 

1. Zaman kerajaan hindu budha

Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan Kutai (Pulau Kalimantan), Kerajaan Tarumanegara hingga Majapahit (Pulau Jawa), Kerajaan Sriwijaya (Pulau Bali dan Sumatera). Kaum Brahmana pada masa Hindu-Budha merupakan kaum yang menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran. 

Adapun beberapa materi-materi yang dipelajari ketika pendidikan keagamaan Hindu-Budha berlangsung, yaitu teologi (ilmu agama), bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta (ilmu perbintangan), ilmu pasti yaitu (perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa), dsb.

2. Zaman kerajaan islam

Pendidikan pada masa kerajaan islam sudah ada lama sekali yang diawali dengan dimulainya kerajaan Samudra-Pasai (1297) di Indonesia menjadi kerajaan Islam pertama lebih tepatnya Aceh. Jauh sebelum Kerajaan Samudra-Pasai berdiri pengaruh ajaran Islam sudah masuk terlebih daulu ke Indonesia

Pada masa itu, pendidikan agama Islam berbentuk pendidikan di pesantren, pendidikan di musola/langgar dan pendidikan di madrasah. Pertama, Pendidikan di musola/langgar dilaksanakan secara sederhana dengan binaan guru mengaji yang memiliki status dibawah kyai, materi yang diajarkan membaca Al-Qur’an dan Fiqih Dasar. Kedua, Pendidikan di pesantren memiliki sistem pendidikan pemondokan sederhana, materi pembelajaran bersifat khusus (keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru, tidak ada gaji untuk guru karena memotivasi santri semata-mata karena Allah SWT., dan santri datang untuk menuntut ilmu secara suka rela. Ketiga, pendidikan di madrasah memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan agama dan ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu falak), dan ilmu pengobatan. Ketiga sistem pendidikan Islam ini tetap bertahan sejak datangnya kolonial Belanda hingga saat ini.

B. Zaman Kolonialisme

Pada masa penjajahan, indonesia menganut pendidikan Kolonial zaman V.O.C  dan kolonial zaman hindia belanda yang bisa dikatakan sangat minim dan hanya kaum belanda dan bangsawan saja yang dapat menempuh pendidikan formal.  Baru sesudah nampak adanya kebangunan nasional pada permulaan abad ke-20, bersama waktu dengan mulai tumbuhnya aliran “kolonial modern”, yang disebut ethische koers atau ethische politiek di Nederland, barulah nampak adanya perubahan dalam sikap pemerintah kolonial.

Pada waktu itu ada beberapa bupati mendirikan “sekolah-sekolah kabupaten”, tetapi hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian lahir, Reglement voor het Inlands onderwijs; lalu didirikan sekolah guru di Sala, yang kemudian pindah ke Magelang, lalu ke Bandung (1866). Dengan berangsur-angsur dapat didirikan “sekolah-sekolah bumiputera”, yang hanya mempunyai 3 kelas, sedang gurunya seorang dari Kweekschool, dan lain-lainnya (pembantu) berasal dari “sekolah bumiputera” itu juga, sesudah mendapatkan didikan tambahan. Maksud dan tujuan dari segala usaha itu tetap untuk mendidik calon-calon pegawai negeri dan pembantu-pembantu perusahaan-perusahaan kepunyaan Belanda. Maksud dan tujuan tersebut tidak berubah, ketika pemerintah memberi kelonggaran kepada anak-anak Indonesia, untuk memasuki Europeesche Lagere School, karena yang dibolehkan ialah hanya calon-calon peserta didik “dokter Jawa”, peserta didik Hoofden School. 

Baru pada tahun 1920 timbullah cita-cita baru, yang menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru tadi seakan-akan merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik. Idam-idaman kemerdekaan nusa dan bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa, itulah pokok sistem pendidikan dan pengajaran, yang pada tahun 1922 dapat tercipta oleh “Tamansiswa” di Yogyakarta. Bahwa aliran Tamansiswa itu sebenarnya sudah terkandung dalam jiwa rakyat di seluruh tanah air kita, adalah terbukti dengan berdirinya perguruan-perguruan Tamansiswa di seluruh kepulauan Indonesia: di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku. Juga sekolah-sekolah yang berdasarkan “keagamaan” (Islam, Kristen, Katolik), asalkan berani berdiri sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah Hindia Belanda, di samping dasar-dasar keagamaannya masing-masing, memasukan juga dasar dan semangat revolusioner. Dengan begitu, maka gerakan pendidikan berlaku sejalan dengan gerakan politik, dan inilah yang menyebabkan amat banyak orangorang bekas murid nasional tadi (tidak hanya yang terdidik dalam perguruan Tamansiswa saja) kini secara bermanfaat dan efisien dapat ikut serta dalam segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam usaha pembangunan bangsa dan negara.

C. Zaman Setelah Merdeka

Fokus utama pendidikan nasional ketika Indonesia lepas dari penjajahan yaitu mencerdaskan dan meningkatkan kualitas serta kemampuan bangsa. Tujuan sebenarnya dari pendidikan zaman kemerdekaan adalah untuk mengisi tata kehidupan dan pembangunan. Pada zaman kemerdekaan kondisi sosial politik sangatlah tidak stabil . maka dari itu hal demikian sangat berpengaruh mengenai pola dan dinamika pendidikan nasional saat itu, yaitu terjadi beberapa kali perubahan arah dan orientasi pendidikan nasional, misalnya pada masa permulaan kemerdekaan.


 

Selasa, 18 Oktober 2022

Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi ?



A. Pengertian !!! 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda – beda.

Menurut Tomlinson (2001) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sebagai individu.

B. Unsur Pembelajaran Berdiferensiasi

·         Pembelajaran berdiferensiasi memiliki 4 unsur / aspek yaitu

1. Konten / isi

Pembelajaran konten merupakan hal yang esensial dalam pembelajaran dan mengutamakan pemahaman materi. Pendekatan konten adalah diferensiasi konten yang merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

2. Proses

Strategi diferensiasi proses mengacu bagaimana siswa akan memahami, memaknai atas informasi atau materi yang akan dipelajari. Peserta didik akan mendapatkan informasi tentang pembelajaran yang baru dan mendapatkan cara belajar sesuai dengan kemampuan peserta didik. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara:

    • Menggunakan kegiatan berjenjang
    • Meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat
    • Membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas)
    • Memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas
    • Mengembangkan kegiatan bervariasi 
    • Menggunakan pengelompokan yang fleksibel

3. Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.Produk yang diberikan meliputi 2 hal:

    • Memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,
    • Memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.

4. Lingkungan belajar

Lingkungan belajar adalah suatu kondisi, pengaruh serta rangsangan yang berasal dari luar yang memberi pengaruh pada peserta didik, dimana hal – hal tersebut juga meliputi beberapa hal seperti pengaruh fisik, sosial dan intelektual


C. Dasar Teori !!!

Ada 4 teori yang melatar belakangi perlunya pembelajaran berdiferensiasi, yaitu

1.      Teori sistem ekologi

Teori ini menjelaskan bahwa anak mempunyai lingkungan yang berbeda-beda antara satu individu dengan yang lainnya (Hayes dkk, 2017).

2.      Teori Multiple Inteligences

Teori ini menjelaskan bahwa intelegensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang yang tertutup dan hanya konsentrasi pada soal itu dan tanpa ada gangguan dari lingkungan luar. Akan tetapi intelegensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam (Howard Gardner, 1993).

3.      Teori Zone of Proximal Development (ZDP)

Teori ini menjelaskan bahwa setiap peserta didik memiliki ZPD yang berbeda-beda, maka dari itu bimbingan dan instruksi dengan kadar yang sesuai sangat dibutuhkan untuk dapat mengembangkan potensi masing-masing peserta didik (Suprayogi et, al., 2002).

4.      Learning modalities

Learning modalities atau modalitas dalam belajar yang kerap salah diinterpretasikan sebagai gaya belajar. Learning modalities biasa dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan Kinestetik. Teori ini mengkatagorikan modalitas belajar kedalam tipe pembelajar tertentu.


D. Macam Keregaman dalam Pembelajaran
          Keragaman peserta didik dibagi menjadi 5 bagian

              1. Keragaman Minat

Minat berperanan penting berkaitan dengan motivasi dalam proses belajar. Setiap peserta didik memiliki minat yang berbeda  pada mata pelajaran  tertentu. Peserta didik ada yang suka mata pelajaran biologi, fisika, matematika, bahasa Indonesia dan sebagainya. 

1.                 2. Keragaman  Gaya Belajar

Gaya belajar adalah kecenderungan cara seseorang untuk lebih mudah memahami sesuatu. Keragaman dalam hal gaya  belajar antara lain gaya belajar  auditory,  visual,  kinestetik. Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditory akan lebih mudah paham apabila mendengarkan penjelasan materi. Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mudah paham apabila melihat infografis, video, ataupun benda langsung berkaitan dengan materi. Peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih mudah paham apabila melakukan gerakan ataupun sentuhan secara langsung.

1.              3. Keragaman Kemampuan Akademik

Peserta didik ada yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan akademik mempengaruhi cepat lambatnya peserta didik dalam memahami materi. Peserta didik ada yang cepat paham materi, ada yang butuh penjelasan ulang, dan ada juga yang butuh penjelasan secara individu. 


1.            4. Keragaman Kecerdasan.

Kecerdasan adalah kemampuan diri untuk memberikan alasan, membuat rencana, menyelesaikan sebuah masalah,  Ada 9 jenis kecerdasan yang mungkin dimiliki peserta didik, yaitu kecerdasan visual-spasial,  verbal- linguistik-verbal, logis-matematika, kinestetik-jasmani, musical, intrapersonal, interpersonal, naturalistic, dan eksistensial.  Peserta didik ada yang dapat menyelesaikan soal berhitung, namun memiliki kemampuan komunikasi yang kurang. Ada yang dapat berkomunikasi dengan baik di depan orang banyak, namun mengalami kesulitan ketika menggambar dan sebagainya. 


    5. 
Keragaman kepribadian 

Menurut W Allport kepribadian merupakan suatu organisasi yang bersifat dinamis dari sistem psikofisik individu yang bisa menentukan pikiran serta tingkah laku seseorang secara khas. Carl Jung membedakan kepribadian manusia menjadi dua yaitu introvert dan ekstrovert. Peserta didik introvert cenderung lebih suka menyendiri sehingga lebih menyukai menyelesaikan tugas secara mandiri. Sedangkan  peserta didik ekstrovert lebih suka berinteraksi dengan orang lain  sehingga menyukai tugas secara berkelompok. 






 


Teori Evolusi dan Petunjuk Adanya Evolusi

  Teori Evolusi dan Petunjuk Adanya Evolusi   A.    PENDAHULUAN 1. Kompetensi Dasar 3.9     Menjelaskan teori, prinsip dan mekanisme...